Kamis, 22 Oktober 2009

Catatan Harian

IKHLAS

Seorang mubaligh berceramah di atas podium tentang kunci sukses dalam kehidupan. Segala problematika konon kuncinya hanya ada satu. Tidak ada yang lain. Kunci tersebut terangkai dalam enam huruf, yaitu: I-K-H-L-A-S. Semua permasalahan yang kita hadapi akan terasa ringan jika disikapi dengan ikhlas.

Suatu kisah. Seorang istri yang mengeritik suami lantaran ‘terlampau’ sibuk dengan pekerjaan disikapi suami dengan tenang. Sikap tenang inilah wujud dari keikhlasan. Menerima kritik istri walaupun saat mendengarnya, telinga terasa cekot-cekot, mata mulai beraksi memerah, jantung berdecak lebih cepat, emosi tersulut. Dengan ikhlas kritik itu diterima. “Semoga ke depan saya bisa berlaku adil dalam membagi waktu dan perhatian”, ujarnya menanggapi kritikan istri. Buah dari keikhlasan hati tidak gampang emosi. Nafsu yang cenderung berbuat onar dapat ditundukkan dengan kekang ikhlas yang terbina.

Hikmah

Kritik sering disikapi dengan emosi. Padahal wadah kritik semestinya di alam pikiran. Akal yang mencerna kritik itu. Bukan diterima sang perasaan yang sensitif. Sebab si perasaan akan mengatakan apa yang telah dilakukan sudah benar. Kritik itu keliru, salah tempat, tidak cocok,mengada-ada, dan menafikan kebaikan yang telah diberikan. Perasaan akan selalu membenarkan apa yang telah dilakukan.Cobalah dipahami dengan baik, tanpa dikendalikan perasaan.Kritik itu justru membangun kehidupan lebih baik.Karena perbuatan kita dikoreksi. Hasil koreksi itu dituangkan dalam bentuk kritik. Dan kritik pun terasa pahit.Dan yang pahit biasanya menyehatkan.

0 komentar: