Kamis, 22 Oktober 2009

YAA RABB, SELAMATKAN AKU

Saat berdoa tentu saya sangat mengerti apa isinya. Apa yang saya minta. Apa yang saya inginkan dari permohonan kepada Allah swt. Supaya batin mengerti dan merasakan kuatnya keinginan itu. Dengan demikian lisan saya mengucap, jiwa pun merasakan getaran doa. Malu rasanya, kalau sesuatu yang saya minta, ternyata saya tidak mengerti untuk apa saya meminta.

Saat saya berdoa dengan ucapan, “Wahai Dzat yang maha suci, selamatkanlah aku sebagaimana Engkau selamatkan orang-orang yang telah Engkau selamatkan”, maka pikiran saya berkelana ke langit tujuh. Seakan-akan saya duduk bersimpuh di hadapan Dzat yang maha mengabulkan doa. Jiwa saya merenungkan apa yang saya ucapkan. Mata memerah dan berkaca-kaca. Setetes air mata dalam doa. Hening di jiwa.

Permintaan keselamatan itu wujud kesadaran manusia (meminjam lirik Ebiet G. Ade) yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Menerjemahkan pertaubatan dengan selalu memohon ampunan sekaligus meminta keselamatan. Keselamatan dari penyakit lahir batin. Deraan penyakit lahiriah insya Allah ikhtiar saya dengan berbekam dan meminum madu. Kemudian berdoa memohon kesembuhan. Lain halnya dengan penyakit batin. Penyakit hati, yang sumbernya adalah dua hal pokok, yaitu lantaran syahwat dan syubhat.

Sakitnya hati lantaran kendali jiwa dikuasai syahwat. Dorongan-dorongan materialistik mengalahkan kenikmatan akhirat. Terburu nafsu ingin merasakan segala kenikmatan. Sehingga melalaikan halal haram. Pemburu kenikmatan, kesenangan, dan kebahagiaan akhirat sangat menjaga diri dari tipu daya kenikmatan sesaat di dunia. Gejolak menghimpun dunia ditahan. Cukup seperlunya saja. Agar cintanya terhadap terhadap dunia yang singkat sesuai porsi dunia. Dan berbuat untuk akhirat sesuai porsi akhirat yang akan kekal abadi.

Kerusakan jiwa lainnya bisa diakibatkan karena syubhat. Syubhat, sesuatu yang meragukan. Kalau syahwat dalam jiwa saya menguasai pemahaman, maka kelalaian terjadi. Tapi, jika syubhat yang terjadi itu artinya saya bodoh. Tidak tahu halal-haram. Saya pun beringas memangsa apa saja yang saya inginkan. Tidak memedulikan aturan. Karena memang bodoh. Kelirunya, sudah tahu bodoh tapi tidak mau belajar.

Maka saya harus meminta dan memohon keselamatan hanya kepada-Nya.

0 komentar: