Kamis, 22 Oktober 2009

PENGAP

Gerbong kereta Penataran penuh sesak. Deru mesin meraung. Celoteh penumpang bersahutan. Bayi menangis terdengar lantang. Udara pengap. Tercemar asap pembakaran mesin, aroma keringat, dan satu lagi rokok. Dengan enteng perokok menghembuskan asapnya di muka umum. Padahal suasana di dalam gerbong amat pengap.

Hati memanas. Otak hampir kehilangan kendali. Emosi meninggi. Ingin ku tampar muka si perokok itu. “Sabar, sabar, sabar”, kata hatiku. Tiba-tiba seorang perempuan dengan kelembutan hatinya, “Dik, rokoknya tolong dimatikan!”, begitu rendah hati dia meminta. “Oya, bu, maaf”, kata salah satu perokok. “Ya, terimakasih”, sahutnya kembali.

Masih ada satu perokok lagi di dekatku. Aku pun tak berani menegurnya. Saat itu aku lemah. Lebih lemah dari seorang perempuan sekalipun. Karena ia telah menunjukkan kekuatannya di hadapan laki-laki. Seharusnya aku yang menegur. Seorang laki-laki sudah seharusnya memimpin kebaikan. Wal hasil, ini pelajaran penting bagi para suami, ayah, dan penumpang kereta ekonomi.

Dalam menyikapi masalah semacam ini kita diingatkan dengan pesan Rasulullah saw.

Sabda Nabi:

Berkatalah yang baik atau diam.

Janganlah kamu marah maka bagimu surga.

Sesungguhnya amal itu bergantung pada niatnya.

0 komentar: